Sabtu, 26 Desember 2015

Kotbah Eksposisi: Pengampunan yang membawa sukacita

Kotbah Eksposisi
PENGAMPUNAN YANG MEMBAWA SUKACITA
Mazmur 32:1-11
oleh: Wahyu A. Setiadi




KHOTBAH EKSPOSISI

Mazmur 32:1-11

Pengampunan yang Membawa Sukacita


I. Pendahuluan
           
            Kebahagiaan adalah sesuatu yang didambakan oleh semua orang dan tidak seorangpun  yang dilahirkan tanpa menginginkan suatu kebahagiaan. Namun kehidupan ini begitu kompleks dan seringkali membawa seseorang kepada penderitaan. Akibatnya banyak orang yang akhirnya mengejar kebahagiaan demi tuntutan kepuasan diri semata dengan mengabaikan akar sesungguhnya penyebab penderitaan. Penyebab utama penderitaan salah satunya adalah karena dosa, dan itu adalah konsekuensi dari kejatuhan Adam dan Hawa. Kebahagiaan sejati tercapai ketika manusia memiliki relasi yang intim dengan Allah tetapi penyebab rusaknya relasi manusia dengan Allah adalah karena dosa, dan inilah sumber penyebab ketidakbahagiaan manusia.
Prinsip tersebut dapat ditemukan di seluruh bagian Alkitab termasuk salah satunya adalah dalam kitab Mazmur. Menarik bahwa Kitab Mazmur digolongkan sebagai kitab puisi. Dan sebagai kitab puisi, Kitab Mazmur sendiri uniknya terdiri dari beberapa macam aspek jenis sastra, diantaranya adalah: keluhan, pujian, ucapan syukur, dan ajaran. Di dalam Kitab Mazmur ini sangat terlihat dengan jelas gambaran pergumulan dan interaksi antara manusia dengan Allah. Sebagaimana Tremper Longman mengatakan bahwa Kitab Mazmur merupakan semacam literatur kudus dalam Alkitab, yaitu tempat di mana Tuhan bertemu umat-Nya dengan khusus, dan umat-Nya berhubungan dengan Dia melalui pujian dan keluhan.[1]

II. Latar Belakang Teks

            Prinsip mengenai suatu kebahagiaan hidup salah satunya dapat dijumpai di dalam Mazmur 32. Mazmur 32 ini menunjukkan prinsip kebahagiaan melalui pengakuan dosa yang akhirnya membawa kebahagiaan, yaitu sebagai akibat dosa yang telah diampuni. Mazmur 32 ini juga adalah sebuah lagu ucapan syukur individu dan bagian kedua dari ketujuh mazmur pertobatan gereja (Mazmur 6, 38, 51, 102, 130, 143). Hal tersebut memberikan sebuah penekanan untuk mengumumkan berkat yang telah diterima kepada orang lain dan sama bahwa itu juga menunjukkan pujian atas kesetiaan Allah.[2] Disamping itu Mazmur 32 ini merupakan bagian pertama dari 13 Mazmur “maskil”. “Maskil” dimengerti sebagai sebuah Mazmur yang memberikan pengajaran. Mazmur ini ditulis oleh Daud kemungkinan besar setelah berbuat dosa besar dengan Bersyeba (2 Samuel 11-12), dan dihubungkan dengan Mazmur 51 yang kemungkinan adalah doa pertama Daud untuk meminta pengampunan.[3] Sementara itu H. Schmid berpandangan bahwa dalam Mazmur ini Pemazmur betul-betul mengalami sakit. Namun  Hans-Joachim Krauss menolaknya dan ia mengatakan bahwa kita harus mengakui bahwa tidak ada permohonan atas suatu kesembuhan yang diungkapkan dalam teks tersebut. Justru Pemazmur tahu bahwa kesedihan yang dialaminya adalah akibat penderitaan dosa yang tidak diakui, dan kemudian ia diselamatkan ketika ia mengakuinya dihadapan Allah. Jadi, yang menentukan tema dari Mazmur 32 ini bukan sakit dan penyembuhan melainkan rasa bersalah dan pengampunan.[4]

III. Unsur – Unsur Sastra

1. Pengulangan Kata
Dosa “chataah” 3x (ay. 1, 5)
Pelanggaran “pesha” 2x (ay. 1,5)
Kesalahan “avon” 3x (ay. 2,5)
Diampuni/mengampuni “nasa” 2x (ay. 1,5)
Mengelilingi/dikelilingi “sabab” 2x (ay. 7,10)

2. Pepatah
a. tulang-tulangku menjadi lesu (ay. 3)
b. sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas (ay. 4)
c. Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal (ay. 9)

3. Kontras
a. Orang fasik (ay.10) >< orang benar (ay.11), orang saleh (ay. 6), orang percaya pada Tuhan (ay. 10).
b. jujur (ay. 11) >< penipu (ay. 2).


Istilah- istilah khusus
a. Berbahagialah “esher” (ay. 1, 2)
b. Kasih setia “khesed” (ay. 10)

III. Struktur Teks

            Struktur yang digunakan penulis adalah mengutip struktur yang dirumuskan oleh Stephanus D. Snyman, yang membagi Mazmur 32 menjadi susunan berikut[5]:

Ayat 1-2          Dua ucapan berkat                              A
Ayat 3-4          Efek dari dosa yang disembunyikan   B1
Ayat 5             Pengakuan dosa                                  B2
Ayat 6-7          Efek dari mengakui dosa                    B3
Ayat 8-10        Nasihat hikmat                                    C
Ayat 11           Panggilan untuk memuji Tuhan          D
           
IV. Eksposisi

            Kehidupan yang tidak bahagia itu disebabkan oleh berbagai hal, namun diatas segala hal yang ada, dosa adalah penyebab utama yang membuat kehidupan seseorang tidak mengalami kebahagiaan sejati. Melalui pergumulan Pemazmur yang dituliskannya dalam Mazmur 32 ini, penulis belajar beberapa hal penting mengenai kebahagiaan karena berkat pengampunan.

            I. Berkat Pengampunan Allah adalah Sukacita Sejati  (ay. 1-2).
Dari Daud. Nyanyian pengajaran. Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya.
ditutupi! Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu! (Maz. 32:1-2 LAI)

a. Hasil pengampunan Allah (ay. 1, 2a)
Berkat pengampunan Allah yang diterima oleh orang-orang yang berdosa adalah kebahagiaan. Kata “kebahagiaan” yang dimaksudkan oleh Pemazmur sepertinya merujuk pada Mazmur 1, namun bedanya adalah kebahagiaan yang ada dalam Mazmur 1 itu kebahagiaan karena hidup dalam jalan Allah, sedangkan dalam Mazmur 32 untuk orang yang berjalan menyimpang dari jalan Allah, berbuat dosa, namun yang bertobat dan mendapatkan pemulihan.[6] Daud mengumumkan kepada orang-orang yang telah berurusan terhadap “dosa, pelanggaran, dan kesalahan mereka bahwa tidak ada kebahagiaan yang lebih besar daripada mengalami kuasa penyucian Allah. Kata benda “pelanggaran” (”פֶּשַׁע”- pesha) berarti pemberontakan terhadap otoritas Ilahi, sehingga menimbulkan suatu perasaan bersalah dan perasaan takut akan penghukuman. Sementara itu ketika Allah “mengampuni” (“נָשָׂא“ – nasa) berarti secara harafiah Allah mengampuni pelanggaran kita dengan mengangkatnya atau membawanya pergi.[7] Jadi ketika kita diampuni oleh Allah, Ia mengangkat beban rasa bersalah kita sehingga kita dapat merasakan kelegaan dan kebahagiaan yang menimbulkan sukacita sejati. Menarik juga dikatakan bahwa Allah menutupi dosa seorang berdosa (ay. 1), dan ini dikaitkan dengan hari Raya Pendamaian. Pada hari Penebusan, Imam mengambil darah dari hewan yang dikorbankan dan membawanya ke tempat Mahakudus dan menaburkan darah itu ke tutup pendamaian dari Tabut perjanjian. Hal ini dilakukan untuk menutupi hukum yang rusak, dimana kehadiran Allah diantara ke dua kerub, sebagai lambang bahwa Allah melindungi orang berdosa dari hukuman-Nya.[8] Ini adalah gambaran bahwa Kristus sendiri datang ke dalam dunia untuk mati menebus manusia dari dosa, melalui darah-Nya sendiri dosa kita ditutupi dan diampuni. Kematian Kristus di atas kayu salib adalah dasar pengampunan Allah bagi manusia berdosa. Dan manusia dapat diampuni Allah jika ia di dalam Kristus, atau hanya melalui iman kepada Kristus. Oleh karena itulah Kristus yang disalib membawa kabar sukacita bagi orang-orang berdosa, yaitu suatu kesempatan untuk berdamai dengan Allah dan memulihkan relasinya dengan Allah yang telah rusak akibat dosa. Jadi kematian Kristus menebus dosa, pelanggaran, dan membebaskan kesalahan kita.
Kemudian Daud mengatakan “berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN” (ay. 2). Menarik bahwa kata kerja “(Imputed - NASB)” merujuk kepada suatu fakta bahwa manusia bukan dibenarkan oleh perbuatannya. Manusia dibenarkan ketika ia percaya kepada Kristus dan memperoleh pengampunan dosa. Ketika kita bertobat dan percaya kepada Kristus, Allah tidak lagi memandang kita sebagai orang yang menentang atau jahat, melainkan sebagai orang-orang yang dibenarkan sebab Allah memandang Kristus dan kebenaran Kristus itu diberikan kepada kita. Maka, kesalahan kita sudah tidak lagi diperhitungkan sebagai sesuatu yang harus kita lunasi kepada Allah, oleh karena Kristus telah menanggung hukuman dosa-dosa kita. Itulah dasar bahwa kita dapat menghadap hadirat Allah, bersekutu dengan Allah, bahkan diangkat sebagai anak-anak Allah, oleh karena kita mendapat berkat pengampunan dan inilah kebahagian sejati manusia, dimana manusia dapat berelasi dengan Penciptanya melalui Kristus.

b. Sikap hati manusia (2b)
Daud mengatakan “berbahagialah yang tidak berjiwa penipu” (ay. 2b). Sebuah pengampunan yang nyata dan mendalam akan menghancurkan dan mengubah hati kita. Ini memaksa kita sendiri untuk bersikap jujur atas penyimpangan yang kita lakukan. Kita tidak dapat menyembunyikan ketika kita berhadapan dengan dosa kita, yaitu semua perasaan malu, penipuan, dan kehidupan yang munafik akan terbuka. Semua kesedihan atas dosa dan anugerah Allah akan membuat kita jujur. Ketika Tuhan menangkap dan mengampuni kita, Ia juga akan membebaskan kita dari kepura-puraan.[9] Hidup dengan memakai topeng adalah hidup yang tidak ada sukacita, dimana dirinya terus-menerus berusaha untuk tampil berbeda dari apa yang sedang dialaminya. Seluruh energi terkadang terkuras untuk menutupi dosa yang dilakukan. Parahnya adalah jika diri seseorang sudah membuat suatu “defense mechanism” terhadap suatu dosa yang ada dalam dirinya, sehingga apa yang kelihatan dari luar adalah penampilan semu belaka. Pertentangan di dalam jiwa manusia ini akan membuat hidupnya tidak tenang, tetapi ketika pengampunan Allah diberikan, ia akan dipulihkan, hatinya akan diperbaharui, dan ia akan hidup dengan ketulusan. Jadi hindari hidup dalam kepura-puraan, melainkan menyediakan diri kita untuk hidup jujur baik dihadapan  Allah, sesama, dan diri sendiri.



II. Cara Memperoleh Berkat Sukacita dari Pengampunan Allah (ay. 3-7)

3 Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari;
 4 sebab siang malam tangan-Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas. Sela
 5 Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela
 6 Sebab itu hendaklah setiap orang saleh berdoa kepada-Mu, selagi Engkau dapat ditemui; sesungguhnya pada waktu banjir besar terjadi, itu tidak melandanya.
 7 Engkaulah persembunyian bagiku, terhadap kesesakan Engkau menjaga aku, Engkau mengelilingi aku, sehingga aku luput dan bersorak. Sela
 (Maz. 32:3-7 LAI)

a. Mengakui Dosa Dihadapan Allah (ay. 5)
 Satu-satunya jalan untuk mendapatkan berkat sukacita dari pengampunan Allah adalah tidak lain dengan mengakui setiap dosa yang telah diperbuat dan menerima pengampunan yang diberikan Allah. Daud menyadari bahwa dirinya tidak sanggup untuk menerima beban yang dianggapnya adalah tekanan dari Allah. Ia mulai mau untuk membuka dirinya, menyingkapkan segala kesalahannya, dan mencurahkan segala perasaan bersalahnya. Daud mengatakan “Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: "Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku," dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku.
 (ay. 5). Pelanggaran-pelanggaran yang telah memutuskan hubungannya dengan Tuhan tersebut diberitahukannya kepada Tuhan dan itu “melawan dirinya”. Tidak mudah bagi manusia untuk beralih dari sikap tidak jujur dan tidak terbuka kepada kejujuran dan keterbukaan, oleh karena ia harus berani melawan dan menuduh dirinya sendiri.[10] Dalam ayat ini juga rupanya Daud sedang mencoba menjelaskan bagaimana Tuhan mengampuni dosanya setelah ia mengaku dan Tuhan dengan segera mengampuninya dan tidak membesar-besarkannya lagi. Ini adalah mazmur kesaksian Daud dan ayat 5 ini adalah inti dari kesaksiannya. Oleh karena itu ayat 5 ini ayat yang terpanjang dari perikop ini, sehingga menunjukkan bahwa itulah yang ingin ditekankan, yaitu seseorang harus mengaku dosa dihadapan Allah dengan jujur agar mendapat berkat pengampunan Allah yang membawa sukacita. Dengan demikian pengalaman ini seharusnya juga menjadi pengalaman kita, yaitu menerima pengampunan dari Allah melalui Kristus.[11] Kristus memang telah memberikan pengampunan atas setiap dosa-dosa kita dengan lunas dan bukan hanya untuk sekarang tetapi juga kemudian. Namun bukan berarti kita tidak perlu meminta pengampunan lagi, oleh karena kita masih tinggal dalam dunia dan daging, dimana kemungkinan untuk jatuh dalam dosa tetap ada. Meskipun demikian, Kristus sekarang menjadi pengantara kita dengan Allah, sehingga sewaktu-waktu kita dapat datang meminta pengampunan kepada Allah. Sebagaimana ketika kita datang kepada-Nya, Ia setia mengampuni dosa kita (1 Yoh. 1:9).
           
1 . Akibat Tidak Mau Mengakui Dosa (ay. 3-4)
Daud telah mengalami bagaimana rasanya menyembunyikan dosa, dan hal tersebut menggangu kehidupannya, dan bukan hanya sekedar menggangu tetapi juga sampai membuatnya tertekan. Daud berkata “Selama aku berdiam diri, tulang-tulangku menjadi lesu…” (ay. 3a). Berdiam diri oleh karena Pemazmur malu mengaku dosa-dosanya, dan tulang-tulangnya lesu dimaksudkan bahwa kekuatannya merosot dan hampir tidak ada kegairahan lagi untuk hidup, hari-harinya hanya dilalui dengan keluh kesah.[12] Semuanya itu dilihat Pemazmur sebagai hukuman dari Tuhan “sebab tangan-Mu menekan aku dengan berat…” (ay. 4a). Daud mengalami gejolak jiwa, jiwanya diliputi dengan kekuatiran dan panas terbakar oleh murka Allah. Suara hati nuraninya yang buruk membuat pikirannya tidak tenang, ia tidak bisa menangis keras oleh karena ia terus tersiksa dengan rasa takut dimana ia melihat tangan Tuhan menekannya dengan berat, dan dimana ia lebih suka melarikan diri. Kedahsyatan dalam jiwanya menyebabkan “lidah mengering” dan depresi yang melumpuhkannya serta merampas vitalitas dan kekuatan membuat keputusan, sehingga kepercayaan dirinya melenyap. Ini adalah efek dari pertempuran batin dari orang yang menolak untuk mengakui pertempuran dosanya melawan Allah, oleh karena keyakinan diri yang mendorongnya untuk menggambarkan bahwa dia tidak bertanggungjawab atas tindakan yang dilakukan terhadap siapapun.[13] Jadi seseorang yang tidak mau mengakui dosa akan terus menerus gelisah dan tidak tenang dalam hidupnya, bagaikan menggengam duri dalam sekam, yang pada akhirnya membuat hidup mudah sekali untuk depresi.

            2. Akibat Mengakui Dosa (ay. 6-7).
Setelah Daud menyaksikan pengalamannya, dan menunjukkan berkat pengampunan maka ia melibatkan setiap orang saleh untuk berdoa kepada Tuhan. Ini adalah sebuah doa pertobatan. Dan fakta Alkitab adalah setiap orang benar tahu bahwa mereka orang-orang berdosa, dan kemudian ketika berpaling kepada Tuhan mereka menjadi saleh di dalam persatuan dengan-Nya.[14] Kalimat “selagi Engkau dapat ditemui..”(ay. 6b) itu berisi janji dan peringatan. Janjinya adalah saat ini Allah masih memberi kesempatan orang-orang bertobat melalui anak-Nya. Sedangkan peringatannya adalah saat ini akan berlalu dan pintu akan tertutup bagi mereka. Doa pertobatan seperti ini akan membawa mereka kepada suatu jaminan akan perlindungan Tuhan dari suatu malapetaka, sehingga ketika banjir besar terjadi maka kita tidak akan terbawa arus, sebab Allah menjaga kita dengan aman.[15] Allah akan menjadi suatu tempat persembunyian yang aman disaat ada masalah dan pencobaan hidup datang. Ia akan menolong orang-orang yang mempercayakan diri kepada-Nya, tetapi akan membiarkan orang-orang fasik. Ini adalah kasih karunia yang Allah berikan pada orang-orang yang takut akan Dia, dan  berkat terbesar adalah berkat penyertaan. Oleh karena itu, mau mengaku dosa adalah suatu jalan pembuka untuk menikmati penyertaan Allah di dalam hidup kita.

            III. Hikmat TUHAN dan Respon Manusia (ay. 8-11)
8 Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu.
 9 Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les dan kekang, kalau tidak, ia tidak akan mendekati engkau.
 10 Banyak kesakitan diderita orang fasik, tetapi orang percaya kepada TUHAN dikelilingi-Nya dengan kasih setia.
 11 Bersukacitalah dalam TUHAN dan bersorak-soraklah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, hai orang-orang jujur!  (Maz. 32:8-11 LAI)

a. Hikmat Tuhan (ay. 8,9)
8 Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu. 9 Janganlah seperti kuda atau bagal yang tidak berakal, yang kegarangannya harus dikendalikan dengan tali les dan kekang, kalau tidak, ia tidak akan mendekati engkau. (Maz. 32:8-9 ITB)

Kedua ayat ini merupakan kutipan pengajaran dan peringatan yang diberikan Tuhan kepada pemazmur ketika diampuni dosa-dosanya. Kata-kata ini sekarang dikutip sebagai peringatan dan pengajaran bagi jemaah yang hadir. Arti dari kata-kata peringatan ini adalah hendaknya orang-orang saleh bersikap bijak dengan tidak bersikeras dan bertegar hati kepada Tuhan dan baru mendekatiNya sesudah mendapat peringatan atau hukuman. [16] Kata-kata ( “instruct,” “teach,” “counsel,” and “watch over” – NASB) adalah janji Tuhan kepada orang-orang yang telah dipulihkannya, dimana Ia akan membimbing orang-orang yang takut akan Dia. Frase “with My eye upon you – NASB”  menunjukkan bahwa Tuhan akan terus mengawasi kita. Tuhan akan menunjukkan kepada kita jalan untuk kita tempuh, sehingga kita tidak menjadi tersesat. [17] Tuhan selalu memperhatikan manusia, dan Ia akan memberikan peringatan khususnya jikalau orang-orang yang takut akan Dia itu sendiri tidak mau hidup di dalam jalan-Nya. Hikmat Tuhan itu selalu bertujuan untuk mengarahkan seseorang hidup sesuai kehendak-Nya. Frase “seperti kuda atau bagal yang tidak berakal…” (ay. 9a), ini sebuah intruksi bukan hanya untuk orang-orang yang saleh, tetapi juga untuk semua orang. Ini juga untuk orang-orang Israel yang degil dan suka berkeras hati dimana mereka biasanya tidak mau mendengarkan suara Tuhan sampai mereka terjebak dalam hukuman yang diberikan Tuhan dan barulah mereka bertobat. [18] Kuda atau bagal tidak memiliki sebuah pengertian sehingga harus menggunakan kekang. Allah tidak ingin memperlakukan manusia seperti itu, Allah ingin manusia dengan sukarela dengan kehendaknya menaati Dia, bukan dengan paksaan. Orang percaya hendaknya memperhatikan firman Tuhan yang menuntunnya ke dalam terang sehingga ia tidak tersesat, melembutkan hatinya untuk mau dididik dan dikoreksi atas motivasi maupun tindakan yang tidak berkenan di hadapan Tuhan, dengan mengijinkan Roh Kudus bekerja untuk menolongnya hidup benar. Seringkali orang percaya memang tidak mau mendengarkan firman Tuhan, karena cenderung menuruti keinginan pribadi, sehingga fokusnya bukanlah kepada “God-centered” melainkan “Self-centered”. Namun demikian Tuhan akan selalu mendidik dengan cara-Nya untuk memanggil orang percaya yang telah menyimpang sehingga bertobat dan kembali dalam jalan yang benar.

b. Respon manusia (ay. 10-11)
10 Banyak kesakitan diderita orang fasik, tetapi orang percaya kepada TUHAN dikelilingi-Nya dengan kasih setia. 11 Bersukacitalah dalam TUHAN dan bersorak-soraklah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, hai orang-orang jujur! (Maz. 32:10-11)

Ayat 10 dapat dikatakan sebagai suatu kesimpulan dari seluruh pengalaman pemazmur. Hendaknya jemaat yang hadir ingat bahwa banyak penderitaan dialami oleh orang fasik atau orang yang tidak percaya kepada kasih setia Tuhan. Sebaliknya bagi orang percaya dia akan dikelilingi dengan kasih setia Tuhan.[19] Tuhan tidak akan meninggalkan orang-orang yang selalu berharap kepada-Nya. Ia melindungi orang-orang yang mau jujur dan memberikan sejahtera dalam hati mereka. Perlindungan Tuhan itu nyata kepada orang-orang yang takut akan Dia, sehingga ia terluput dari segala malapetaka. Orang fasik akan dibiarkan oleh-Nya tertimpa bencana, oleh karena itu banyak hal yang akan membuat hidupnya menderita. Maka kemudian Daud mengajak jemaah, orang-orang benar dan orang-orang jujur untuk memuji Tuhan atas kasih setia-Nya yang besar. Menarik ketika Daud mengontraskan orang yang berjiwa penipu dengan orang yang jujur, dimana keadaan hidupnya jauh berbeda, yang berjiwa penipu akan terus menerus menderita, sedangkan yang jujur hidup dalam sukacita. Ini adalah suatu respon dimana orang tersebut menerima pengampunan Allah dan oleh karenanya timbul suatu ketulusan dalam hatinya untuk memuji Allah. Calvin mengatakan ada 3 istilah untuk menunjukkan suatu kegembiraan dan ekspresinya: Kata kerja yang pertama “Bersukacitalah” (שִׂמְחוּ, śimḥû) menunjukkan sukacita yang melibatkan seluruh hati dan jiwa, sebuah sukacita yang mendalam. Kata kerja yang kedua “bersorak-soraklah” (גִילוּ, gîlû) menggambarkan sukacita yang diberikan ekspresi antusias. Kata kerja yang ketiga “bersorak-sorailah” (רָנַן, rānan) sebuah panggilan untuk memuji Allah dengan bernyanyi atau berteriak. Adalah suatu fakta bahwa orang-orang yang hidup dalam sukacita ini mampu menemukan alasan mengapa mereka berlimpah sukacita di dalam Tuhan.[20] Sukacita yang dialami adalah sukacita karena berkat pengampunan Allah.


V. Kesimpulan

            Pengalaman Pemazmur menerima berkat dari pengampunan Allah adalah suatu realita yang juga dapat dialami oleh setiap orang percaya. Pengalaman Daud adalah suatu pengalaman yang tentunya pernah dialami oleh semua orang percaya, yaitu jatuh dalam dosa dan menyembunyikannya. Meskipun karena akibat dosa Daud hidup dalam kesengsaraan, namun akhirnya Dia menyadari bahwa dirinya berdosa dan butuh pengampunan Allah. Hal-hal yang dapat dipelajari dalam perikop ini adalah:

Homiletik Poin

1. Kita butuh pengampunan Allah untuk memperoleh sukacita sejati.

2. Kita harus mengaku dosa untuk syarat menerima pengampunan dari Allah.

3. Kita perlu meresponi anugerah Tuhan.
a. Memperhatikan hikmat Tuhan.
b. Memberikan pujian kepada Tuhan dan bersukacita di dalam Dia.
















DAFTAR PUSTAKA



Barth, M.C. dan Pareira, B.A. Tafsiran Alkitab Kitab Mazmur 1-41. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993.

Boice, James M.  Psalm: An Expositional Commentary Psalm 1-41. Libronix Digital Library System ver. 3.0. Baker Books, Grand Rapids, MI (diakses 27 November 2013).

Cifford, Richard J.  Abingdon Old Testament Commentary Psalm 1-72. Eighth Avenue South, Nashville: Abingdon Press, 2002.

Exell. Peabody, Massachusetts: Hendrickson Publishers, n.d.

Krauss, Hans-Joachim.  Psalm 1-59: a Continental Commentary. Diterjemahkan oleh Hilton C. Oswald. Minneapolis, MN: Augsburg Publishing House, 1988.

Longman III, Tremper.  Bagaimana Menganalisa Kitab Mazmur. Diterjemahkan oleh Cornelius Kuswanto. Malang: Literatur  SAAT, 2012.

Rawlinson, G.  The Pulpit Commentary: The Psalms. Diedit oleh H.D.M Spence dan Joseph S.

Smith, James E.  Old Testament Survey Series: The Wisdom Literatur And Psalm. Libronix Digital Library System ver. 3.0. College Press Pub. Co., Joplin, Mo (diakses 26 November 2012).

Snyman, Stephanus D. Psalm 32: Structure, Genre, Intent and Liturgical Use in Psalm and Liturgy. Diedit oleh  Dirk J. Human dan Cas J.A. Vos. New York: T&T Clark International, 2004.

Tesh, S. Edward dan Zorn, Walter D.  The College Press NIV Commentary: Psalm Vol.1. Digital Library System ver. 3.0. College Press, Joplin, Missouri (diakses 28 November 2013).

Weiser, Artur. The Psalms: A Commentary. Diterjemahkan oleh Herbert Hartwell. Philadelphia: Westminster Press, 1962.

Williams, Donald. The Preacher’s Commentary Psalms 1-72, Digital Library System ver. 3.0. Thomas Nelson, Inc., Nashville, Tennesse (diakses 27 November 2013).


[1] Tremper Longman III, Bagaimana Menganalisa Kitab Mazmur, terj. Cornelius Kuswanto (Malang: Literatur SAAT, 2012), 8.
[2] Richard J. Cifford, Abingdon Old Testament Commentary Psalm 1-72 (Eighth Avenue South, Nashville: Abingdon Press, 2002), 164.

[3] James E. Smith, Old Testament Survey Series: The Wisdom Literatur And Psalm, Libronix Digital Library System ver. 3.0, College Press Pub. Co., Joplin, Mo (diakses 26 November 2012).

[4] Hans-Joachim Krauss, Psalm 1-59: a Continental Commentary, terj. Hilton C. Oswald (Minneapolis, MN: Augsburg Publishing House, 1988), 368.
[5] Stephanus D. Snyman, Psalm 32: Structure, Genre, Intent and Liturgical Use in Psalm and Liturgy, ed. Dirk J. Human and Cas J.A. Vos (New York: T&T Clark International, 2004), 162.

[6] James M. Boice, Psalm: An Expositional Commentary Psalm 1-41, Libronix Digital Library System ver. 3.0, Baker Books, Grand Rapids, MI (diakses 27 November 2013).
[7] Donald Williams, The Preacher’s Commentary Psalms 1-72, Digital Library System ver. 3.0, Thomas Nelson, Inc., Nashville, Tennesse (diakses 27 November 2013).

[8] James M. Boice, Psalm: An Expositional Commentary
[9] Donald Williams, The Preacher’s Commentary Psalms 1-72

[10] M.C. Barth dan B.A. Pareira, Tafsiran Alkitab Kitab Mazmur 1-41 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), 231.
[11] James M. Boice, Psalm: An Expositional Commentary.

[12] M.C. Barth dan B.A. Pareira, Tafsiran Alkitab Kitab Mazmur, 230.

[13] Artur Weiser, The Psalms: A Commentary, terj. Herbert Hartwell (Philadelphia: Westminster Press, 1962), 284.
[14] Donald Williams, The Preacher’s Commentary Psalms 1-72

[15] Ibid.,

[16] M.C. Barth dan B.A. Pareira, Tafsiran Alkitab Kitab Mazmur,232.
[17] James M. Boice, Psalm: An Expositional Commentary

[18] G. Rawlinson, The Pulpit Commentary: The Psalms, ed. H.D.M Spence dan Joseph S. Exell (Peabody, Massachusetts: Hendrickson Publishers, n.d), 237.

[19] M.C. Barth dan B.A. Pareira, Tafsiran Alkitab Kitab Mazmur, 232.
[20] S. Edward Tesh dan Walter D. Zorn, The College Press NIV Commentary: Psalm Vol.1, Digital Library System ver. 3.0, College Press, Joplin, Missouri (diakses 28 November 2013).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar